Nama : Ardhani Reswari Yudistari
NPM : 50410982
Kelas : 1IA09
1. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab. berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar, Bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti ia telah bertanggung jawab atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana kegiatan belajar si mahasiswa, itulah kadar pertanggung jawabannya, Bila pada ujian ia mendapat nilai A, B atau C itulah kadar pertanggung jawabannya.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya terhadap manusia lain dan terhadap alam lingkungannya. Manusia menciptakan keseimbangan, keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan.
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawabitu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakat.
2. Makna Tanggung Jawab
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Jenis-Jenis Tanggung Jawab
Manusia itu berjuang adalah memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu:
1. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memevahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurur sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, beranganangan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak.
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, istri, ayah, ibu anak- anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.
3. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4. Tanggung Jawab Kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
5. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan
(melaksanakan solat dan menjadi biarawati merupakan tanggung jawab terhadap Tuhan)
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan juka dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawab, manusia perlu pengorbanan.
4. 1 Contoh pada Tiap-Tiap Jenis Tanggung Jawab
1. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Rudi membaca sambil berjalan. Meskipun sebentar-sebentar ia melihat jalan, tetap juga ia lengah, dan terperosok ke sebuah lobang. Kakinya terkilir. Ia menyesali dirinya sendiri akan kejadian itu. Ia harus beristirahat di rumah beberapa hari. Konsekuensi tinggal di rumah beberapa hari merupakan tanggung jawab kepada dirinya sendiri akan kelengahannya.
2. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Seorang ibu talah di karuniai tiga anak, kemudian oleh sesuatu sebab suaminya meninggal dunia, karena ia tidak mempunyai pekerjaan/ tidakk bekerja pada waktu suaminya masih hidup maka demi rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga ia melacurkan diri. Ditinjau dari segi moral hal ini tidak dapat diterima karena tindakan melacurkan diri termasuk tindakan di kutuk, tetapi dari segi tanggung jawab ia termasuk orang yang dipuji, karena demi rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga ia rela berkorban menjadi manusia hina dan di kutuk.
3. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Hanafi terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina pakaian pengantin adat Minangkabau. Ia tidak memakai pakaian itu, bahkan penutup kepala yang dikeramatkan pun semua ditolak. Tetapi setelah ada ancaman dari pihak pengiring, terpaksa Hanafi mau memakainya juga. Di dalam peralatan itu hamper-hampir pernikahan dibatalkan. Karena timbul perselisihan antara kaum perempuan dengan pihak laki-laki. Pangkalnya dari Hanafi juga. Ia berkata pakaian mempelai yang masih sekarang dilazimkan di negerinya, yaitu pakaian secara zaman dahulu, disebutkannya cara anak komedi Istambul. Jika ia dipaksa memakai secara itu, sukalah urung sahaja, demikian katanya pendek. Setelah timbul pertengkaran di dalam keluarga pihaknya sendiri akhirnya di terimalah, bahwa ia memakai smoking, yaitu jas hitam, celana hitam, dengan rompi dan berdasi putih. Tetapi waktu hendak menutup kepalanya, sudah berselisih pula. Dengan kekerasan ia menolak pakaian dester suluk, yaitu pakaian orang Minangkabau. Bertangisan sekalipun perempuan meminta supaya ia jangan menolak tanda keminangkabauan yang satu, yaitu selama beralat saja. Jika peralatan sudah selesai, bolehlah nanti memakai sekehendak hatinya. Hanafi tetap menolak kehendak orangtua, ia tidak hendak menutup kepala, karena lebih gila pula dari anak komidi, bila memakai dester saluki dengan baju smoking dan dasi. Setelah ibunya sendiri hilang sabarnya dan memukul-mukull dada di muka anak yang “terpelajar” itu, barulah Hanafi menurut kehendak orang banyak, sambil mengeluh dan teringat akan badannya yang sudah tergadai. Untunglah ia menurutkan hal menutup kepala itu, karena sekalian penganter dan pasumandan (pengiring bangsa perempuan) sudah berkata bahwa mereka tak sudi mengiringkan mempelai didong. Akhirnya Hanafi tunduk pula dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Meskipun harus bersitegang dahulu. Sebagai pertanggungjawaban kecongkakan dan kesombongannya itu, Hanafi harus menerima rasa antipasti dari masyarakat Minangkabau yang sangat ketat terhadap adat itu(Salah Asuhan).
4. Tanggung Jawab Kepada Bangsa / Negara
Guru Isa yang terkenal sebagai guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus pula di pertanggungjawabkan kepada pemerintah, kalau perbuatan itu diketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan (dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis).
5. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan
Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama hidupnya karena dituntut tanggung jawabnya terhadap Tuhan sesuai dengan hukum-hukum yang ada pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat sepenuhnya mengabdikan diri kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab ini ia berkorban tidak memenuhi kodrat manusia pada umunya yang seharusnya meneruskan keturunannya, yang sebetulnya juga merupakan sebagian tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan.
Pengabdian itu adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu hakekatnya adalah rasa tanggung jawab, apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja.
6. Macam-Macam Pengabdian
· Pengabdian kepada agama atau kepada Tuhan terasa menonjolnya seperti yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati. Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun diladang Tuhan karena kesadaran moralnya, karena panggilan Tuhan. Mereka meninggalakan keluarga dan tidakakan berkeluarga.
· Pengabdian terhadap negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan oleh pegawai negri yang bertugas menjaga mercu suar di pulau yang terpencil. Mereka bersama keluarganya hidup terpencil dari masyarakat ramai. Sementara itu setiap hari tiupan angin kencang dari laut tidak pernah berhenti, apalagi bila terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam pengabdian diri demi keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh pegawai negri dikota tidak dapat dirasakan, mungkin sekali-sekali bila mereka memperoleh cuti.
7. 1 Contoh Pengabdian dalam Kehidupan Sehari-Hari
Pengabdian orang tua kepada putra-putrinya demi kebahagiaan keluarganya. Dengan cara membekali anak-anaknya dengan hal-hal yang tidak di dapatkan secara instan, melainkan dengan ilmu yang menjadi kail dalam kehidupan ini. Ketika mereka telah tua, mereka merasakan pengabdian kepada putra-putrinya sudah cukup, dengan memberikan ilmu yang bermanfaat tersebut.
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila kit membaca atau mendengarkan kotbah agama.
Dari kisah tokoh agama atau nabi, manusia memperoleh tauladan, bagaimana semestinya wajib berkorbanan. Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas, karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian,tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
10. 1 Contoh Tentang Pengorbanan
Dalam Novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli, betapa besar pengorbanan gadis bernama siti Nurbaya sebagai pengabdiannya kepada orang tua. Orang tua Siti Nurbaya tidak mampu membayar hutang kepada Datuk maringgih. Sebagai tebusannya, Siti Nurbaya di bujuk agar bersedia kawin dengan datuk Maringgih, si tua Bangka, walaupun sebenarnya dia sudah mengikat janji dengan pemuda pujaannya bernama Syamsul bahri. Demi pengabdiannya kepada bapaknya, Siti Nurbaya bersedia memutuskan hubungannya dengan Syamsul bahri dan mau dikawinkan dengan Datuk Maringgih, walaupun dengan perasaan yang sangat berat.
Studi Kasus
Menilai dari kasus di atas, tanggung jawab merupakan suatu bentuk sikap yang haruslah di miliki oleh setiap manusia. Sebagaimana kisah Mak Encuh, di usia nya yang bisa di bilang sangat renta melebihi usia manusia pada umumnya, beliau masih memiliki rasa tanggung jawab yang begitu tinggi kepada anak angkatnya dengan berjualan lotek. Walaupun fisiknya tak lagi kuat.
Setiap manusia memiliki tanggung jawabnya sendiri, sesuai dengan kedudukan manusia tersebut. Bentuk dari tanggung jawab dapat di lihat pada teori yang telah di kemukakan di atas. Berkaitan dengan tanggung jawab itu sendiri, tentunya di sertai dengan pengabdian dan juga pengorbanan untuk orang lain. Kita melakukan hal tersebut tentunya untuk kebaikan orang banyak dan diri sendiri, juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan adanya rasa tanggung jawab dalam diri manusia, tentunya akan membawa manusia itu kepada kehidupan yang baik. Tanpa adanya rasa tanggung jawab, pola kehidupan tak akan teratur dan akan terjadi ketimpangan dalam menjalankan hidup ini.
Petugas Sensus Kelurahan Wates Kecamatan Bandung Kidul mencatat seorang wanita berusia 130 tahun bernama Encuh. Mak Encuh tidak memiliki anak meski telah menikah dua kali. Kini Mak Encuh hanya ditemani salah seorang anak angkat bernama Ruika (68). Di usianya yang sudah sangat senja, Mak Encuh, perempuan berusia 130 tahun ini masih tetap mencari nafkah. Saat ini Mak Encuh berjualan lotek, yang sudah ia lakoni sejak zaman Jepang dan Zaman Belanda. Menurut tetangganya, Eem Yuliasih (52) lotek Mak Encuh terkenal dari Jalan Moh Toha hingga Ciparay. Saat ini Mak Encuh berjualan lotek di rumahnya dengan dibantu anak angkatnya Ruika (68). “Saya ngalamin beli lotek Mak Encuh saat harganya satu sen per porsi,” ujarnya.
“Sejak zaman Belanda dan Jepang emak sudah jualan lotek, waktu dulu mah digendong, sekarang di sini (di rumahnya-red),” ungkap Mak Encuh saat ditemui di kediamannya, Gang Lasmi No 39 RT 2 RW 1, Kelurahan Wates, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung, Jumat (21/5/2010).Bisa dibayangkan, kondisi kesehatan Mak Encuh saat ini. Tak gampang untuk berjualan lotek. Diperlukan tenaga yang sangat besar. Saat ini kondisi Mak Encuh masih bisa mendengar dengan jelas, namun matanya sudah tidak jelas melihat.
Mak Encuh tidak telihat pikun. Dia masih mengingat jelas peristiwa yang dialaminya termasuk kejadian Bandung Lautan Api. Saat warga menanyakan sesuatu pun Mak Encuh masih merespon dengan baik. Tidak seperti kebanyakan manula, fisik Mak Encuh yang berusia 130 tahun masih sehat. Bahkan dibandingkan tetangganya Mak Enis yang berusia 86 tahun, Mak Encuh masih bisa berkomunikasi dengan baik.Kulit Mak Encuh pun walau sudah keriput terlihat masih segar.
OPINI
Menilai dari kasus di atas, tanggung jawab merupakan suatu bentuk sikap yang haruslah di miliki oleh setiap manusia. Sebagaimana kisah Mak Encuh, di usia nya yang bisa di bilang sangat renta melebihi usia manusia pada umumnya, beliau masih memiliki rasa tanggung jawab yang begitu tinggi kepada anak angkatnya dengan berjualan lotek. Walaupun fisiknya tak lagi kuat.
Setiap manusia memiliki tanggung jawabnya sendiri, sesuai dengan kedudukan manusia tersebut. Bentuk dari tanggung jawab dapat di lihat pada teori yang telah di kemukakan di atas. Berkaitan dengan tanggung jawab itu sendiri, tentunya di sertai dengan pengabdian dan juga pengorbanan untuk orang lain. Kita melakukan hal tersebut tentunya untuk kebaikan orang banyak dan diri sendiri, juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan adanya rasa tanggung jawab dalam diri manusia, tentunya akan membawa manusia itu kepada kehidupan yang baik. Tanpa adanya rasa tanggung jawab, pola kehidupan tak akan teratur dan akan terjadi ketimpangan dalam menjalankan hidup ini.
Sumber:
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/psychology/study-program-of-psychology-s1/ilmu-budaya-dasar/manusia-dan-tanggung-jawab
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab9-manusia_dan_tanggung_jawab.pdf
http://www.bebasbicara.com/2011/01/mak-encuh-wanita-berusia-130-tahun-di-bandung-masih-aktif-mencari-nafkah-berjualan-lotek/125
http://www.bebasbicara.com/2011/01/mak-encuh-wanita-berusia-130-tahun-di-bandung-masih-aktif-mencari-nafkah-berjualan-lotek/125
No comments:
Post a Comment