Pages

Saturday, 5 March 2011

Manusia dan Penderitaan

Nama : Ardhani Reswari Yudistari
Npm : 50410982
Kelas : 1IA09


1. Pengertian Penderitaan





Penderitaan berasal dari kata derita. Menurut kamus bahasa Indonesia, derita memiliki arti sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung dalam hati (spt kesengsaraan, penyakit) sedangkan kata penderitaan memiliki arti keadaan yg menyedihkan yg harus ditanggung. Penderitaan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sanskerta, "dhra" yang artinya menahan atau menanggung sesuatu yang menyakitkan dan tidak menyenangkan, yang terjadi baik secara jasmani ataupun rohani. 

Istilah Yunani yang sering menggambarkan penderitaan ialah "paskho" dan "thlipsis". "Paskho" sering digunakan untuk menunjukkan penderitaan Yesus, yakni penderitaan yang disebabkan oleh usaha pribadi yang hendak menanggung beban seseorang. Dalam hal Yesus, beban dosa semua manusialah yang harus ditanggung. Selain itu, kata ini juga digunakan untuk menunjukkan tindakan seseorang yang menyebabkan orang lain menderita, yang juga menyebabkan penderitaan bagi dirinya sendiri (akibat perbuatannya tersebut).

Adapun kata Yunani "thlipsis" umumnya digunakan untuk menunjukkan tekanan atau beban berat bagi hati orang. Kata ini juga dipakai untuk menjelaskan siksaan besar yang akan diterima setiap orang berdosa. Melalui ketiga istilah tersebut dapat dikatakan bahwa penderitaan itu berkaitan erat dengan tekanan atau beban berat yang menimpa seseorang karena sakit, dukacita, siksaan, dosa, dan sebagainya, yang bersumber dari luar seseorang maupun dari dalam diri orang itu sendiri.

Sumber:

http://www.artikata.com/arti-324968-derita.php
http://www.sabda.org/learning/baca.php?b=manusia_dari_penciptaan#00038

2. Pengertian Siksaan


Menurut kamus bahasa Indonesia, siksaan berarti hasil menyiksa, penderitaan (kesengsaraan) sebagai hukuman, perlakuan yang sewenang-wenang (sepertt menyakiti, menganiaya, dan sebagainya).

Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.

Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata.

Penanda tangan UN Convention Against Torturejuga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian tersebut.

Sumber:

http://kamusbahasaindonesia.org/siksaan
http://id.wikipedia.org/wiki/Siksaan

3. Siksaan yang Sifatnya Fisik/ Psikis


Penderitaan fisik merupakan penderitaan yang menyangkut fisik seseorang, seperti sakit, diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis adalah penderitaan yang menyangkut psikis seseorang seperti sterss atau tekanan batin, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.


Jenis-jenis siksaan fisik/ psikis yaitu:

Kebimbangan
Kebimbangan adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Bagi orang yang lemah berpikirnya, masalah kebimbangan akan lama dialami, sehingga siksaan itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang memiliki ketahanan yang kuat, akan cepat mengatasi masalah. Maka berpegang teguhlah pada Tuhan.

Kesepian
Kesepian adalah situasi di mana seseorang merasa sepi dalam dirinya sendiri, merasa sendiri  atau jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Untuk menghindari rasa kesepian dalam diri kita, kita harus mencari teman atau sahabat untuk menemani kita, mendengarkan kisah kita, atau kita harus menyibukan diri dengan berbagai aktivitas.




Ketakutan
Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. banyak penyebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan , antara lain :

  • Claustrophobia dan Agoraphobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup.
  • Agoraphobia adalah rasa takut yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
  • Gamang merupakan ketakutan seseorang bila berada di tempat yang tinggi. Atau biasanya disebabkan karena trauma.
  • Kegelapan merupakan ketakutan seseorang bila berada ditempat gelap.
  • Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami.
  • Kegagalan merupakan ketakutan seseorang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan atau dilakukan akan mengalami kegagalan.

Sumber:

http://ocw.gunadarma.ac.id/course/psychology/study-program-of-psychology-s1/ilmu-budaya-dasar/manusia-dan-penderitaan

4. Pengertian Kekalutan Mental




Penderitaan batin dalam ilmu Psikologi dikenal sebagai kekalutan mental (mental disorder). Menurut Dra. Kartini Kartono  dalam bukunya Psikologi Abnormal & Pathologi Seks, dirumuskan bahwa yang disebut kekalutan mental adalah sebagai berikut:

a. Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh gangguan kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental.

b. Merupakan totalitas kesatuan ekspresi proses kejiwaan/mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor kausatif sekunder lainnya (Patologi = Ilmu penyakit).

Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persolan yang harus diatasi, sehingga yang bersangkutan bertingahlaku secara kurang wajar.


5. Gejala-Gejala Seseorang Mengalami Kekalutan Mental


Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah sebagai berikut:

a. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak napas, demam dan nyeri    pada lambung.

b. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah.

6. Tahap-Tahap Gangguan Kejiwaan


Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah sebagai berikut :

a. Gangguan kejiwaan akan nampaak dalam gejala-gejala kehidupan penderita, baik pada jasmani maupun rohaninya.


b. Usaha mempertahankan diri dilakukan dengan cara negatif (escape mechanism), yaitu mundur atau lari (menghindarkan diri), sehingga cara bertahan dirinya tentu salah. Hal ini akan berbeda apabila terjadi pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan, yang apabila menghadapi pesoalan justru akan segera memecahkan persoalan sehingga tidak menekan perasannya. Jadi, bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan (problem solving).

c. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown), dan yang bersangkutan mengalami disorder (tidak semestinya atau gangguan).

7. Sebab-Sebab Timbulnya Kekalutan Mental


Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, yang berangsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya. Hal ini banyak terjadi pada orang-orang melankolis.


b. Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya orang dari pedesaaan yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa lalunya yang jaya.

c. Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional. Sebaliknya ada yang underacting sebagai rasa rendah diri yang lari ke alam fantasi.

8. Proses-Proses Kekalutan Mental

1. Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang akan dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup. Misalnya, melakukan shalat Tahajud bagi umat Islam waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, atau melakuka kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan (Dalam pepatah dikatakan; Hendaknya jatuh tupai janganlah sampai jatuh tapai!)

2. Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustrasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustrasi yang dialami orang dewasa antara lain sebagai berikut :


  • Agresi, serangan berupa kemarahan yang meluap akibat emosi yang tidak terkendalikan. Secara fisik berakibat mudah terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi), atau melakukan tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
  • Regresi, kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil), misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung dan merusak barang-barang.
  • Fiksasi, peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri dan membentur-benturkan kepala pada benda keras.
  • Proyeksi, usaha mendapatkan, melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain. Kata pepatah : awak yang tidak pandai menari, dikatakan lantai yang terjungkat.
  • Indentifikasi, menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasi, misalnya dalam kecantikan, yang bersangkutan menyamakan dirinya dengan bintang film, atau dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
  • Narsisme, self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada   orang lain.
  • Autisme, gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak ingin berkomunikasi dengan orang luar, dan merasa tidak puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus pada sifat yang sinting.

Sumber:

http://anthoine.multiply.com/journal/item/120/KEKALUTAN_MENTAL

OPINI


Manusia dan penderitaan bukanlah hal yang asing lagi untuk kita dengar. Semua manusia, tentunya pernah mengalami penderitaan dan juga siksaan. Baik secara fisik maupun mental. Menimbang dari kata "derita" itu sendiri, mayoritas masyarakat menganggap itu sebagai suatu hal yang menyengsarakan. Keimbang, kesepian, ketakutan merupakan hal yang seringkali kita rasakan. Bahkan ada yang hingga mencapai tahapan kekalutan mental.

Namun di balik semua penderitaan yang pernah kita alami, tentu saja terdapat hikmah di dalamnya. Sebuah penderitaan atau derita dapat mengubah cara pandang dan hidup seseorang menjadi lebih baik dan mawas diri. Walaupun tak di sangkal, banyak juga yang mengatasi penderitaan tersebut dengan cara yang salah dan bahkan dengan cara yang tidak di pandang oleh Tuhan seperti kasus bunuh diri. Kita sebaiknya menyingkapi semua dan segala jenis penderitaan dengan hati dan pikiran yang jernih. Agar tidak berlarut-larut dan bahkan dapat mengatasi berbagai penderitaan tersebut.

No comments:

Post a Comment